Efek Menonton Film yang Beralur Time Loop, Apakah Melelahkan?

Kalau sudah hobi menonton film pasti kita akan berjumpa dengan berbagai jenis gaya atau alur cerita yang diketengahkan. Dalam kondisi normal sebuah alur cerita akan bersifat linier, lurus dari awal hingga akhir dengan kondisi mulai dari sebab akibat, penyodoran masalah sampai eksekusi yang ditampilkan dengan penuh kehebohan dan katarsis.

Nah bagaimana bila kita menyaksikan sebuah film yang alur ceritanya dibuat berulang-ulang yang disebut dengan time loop hingga mencapai suatu titik di mana semuanya bisa diselesaikan dan cerita berakhir dengan kondisi beres?

Pertama kalinya menonton film yang beralur time loop ini asli bikin saya pusing dan bertanya-tanya. Pertama, mengapa harus dibuat demikian? Kedua, ini sutradara dan penulis skenarionya kurang kerjaan banget kali ya sehingga harus mengulang-ulang suatu cerita hingga lebih dari satu kali. Ketiga, saya kurang menikmati alur ceritanya karena terkesan isinya hanya memperpanjang-panjang cerita saja.

Waktu terasa panjang

Namun apakah sesungguhnya sengaja demikian? Suatu film digarap seperti itu tentu saja ada alasannya dan kadang maksudnya baru bisa diketahui setelah kita menamatkan filmnya. Demikian juga ketika sebuah film diluncurkan dengan mode time loop, pasti ada hal-hal kecil yang sangat detail yang terlupakan namun menjadi ingat setelah diulang-ulang beberapa kali.

Awalnya ketika menonton film Happy Death Day (2017) semua berjalan dengan lancar, namun ketika alur ceritanya berulang-ulang kali, saya mulai gak sabar tetapi juga penasaran bagaimana akhir ceritanya ditampilkan. Ya, Happy Death Day menganut alur time loop. Mau tidak mau saya harus menontonnya sampai selesai dengan adegan-adegan yang nyaris sama, aksi yang sama persis, dengan dialog yang juga tidak berubah.

Perbedaan penting menyaksikan film bertipe linier dengan time loop adalah waktu terasa sangat panjang dan lama. Penonton dipaksa untuk memahami setiap adegan yang nota bene sama dengan adegan sebelumnya diselingi dengan penambahan informasi baru di setiap adegannya.

Untuk film Indonesia yang beralur cerita dengan time loop, saya baru menemukan satu judul yakni Sabar Ini Ujian (2020). Dibintangi oleh Vino G Bastian, Ananda Omesh dan Luna Maya, film ini sukses dalam mengadaptasi time loop dengan seluas-luasnya. Bercerita tentang Sabar (Vino G Bastian yang harus move on karena mantannya akan menikah dan ia diundang untuk hadir di acara pernikahan itu.

Tersenyum lebar

Setiap adegan yang berulang kali sama itu, selalu diawali dengan bunyi panggilan ponsel dari sang ibu (Widyawati) yang mengingatkan untuk jangan terlambat datang ke acara akad nikah Astrid. Dan setiap rangkaiannya Sabar harus bersungut-sungut berangkat ke acara itu bertemu dengan para sahabatnya, menaiki mobil, mengambil duit atm di swalayan, berjumpa dengan karyawan yang jatuh tersandung, dan sebagainya yang kesemuanya dilakukan secara berulang-ulang.

Setelah dihitung-hitung adegan time loop di film ini ada sekitar 24 kali. Apakah terasa membosankan, melelahkan atau tambah memuakkan saat menontonnya? Herannya tidak. Sutradara Anggi Umbara mampu menyeimbangkan antara dialog, aksi, dan situasi yang membuat sekelilingnya terasa komikal sinis tapi juga menghibur. Ya, film Sabar Ini Ujian meskipun bukan dikategorikan komedi namun cukup membuat kita tersenyum lebar.

Menyaksikan aksi Sabar dalam menjalani berulangnya hari saat menghadiri akad nikah si mantan tak ayal membuat saya justru ikutan sabar untuk menanti apa yang akan terjadi. Memang plot twist pada akhirnya dan ternyata bukan sekadar move on saja yang menjadi permasalahan tapi memaafkan dan mengikhlaskan sesuatu di luar kemampuan Sabar terutama terhadap Ayahnya adalah adegan sendu yang mengagetkan.

Lewat contoh dua film di atas dapat dirasakan perbedaannya. Masing-masing menggunakan teknik time loop untuk menegaskan jalannya cerita. Ada detail tertentu yang membuat tokoh pada akhirnya menyadari dan menemukan jawaban yang dicarinya. Film Barat penuh dengan agresi sementara film Indonesia lambat namun tidak melelahkan karena banyak unsur penawarnya yang lebih masuk akal.

Leave a comment