Film ini diangkat berdasarkan kisah nyata Alan Turing, sosok yang berhasil memecahkan kode Enigma di masa Perang Dunia II. Bersama timnya ia dipekerjakan dalam sebuah tempat bernama Bletchley Park. Lokasinya super ketat dan sangat rahasia di Inggris yang disamarkan sebagai pabrik radio. Sebagai seorang matematikawan yang cerdas dan soliter, Turing hanya memiliki satu titik perhatian besar yakni bagaimana memecahkan kode-kode rahasia Jerman yang selalu berubah setiap hari. Ia hanya meminta dana lebih untuk membuat mesin pemecah kode serta waktu untuk mengurainya pada Komandan Denniston, pimpinan pasukan yang selalu meremehkannya. Bagi Turing memecahkan kode seperti sebuah passion dan tantangan tersendiri.
Dengan latar peperangan, The Imitation Game memang hanya khusus menceritakan peran Turing dalam memecah kode berikut kilas balik masa remajanya. Tidak lebih. Suasana perang sedikit ditampilkan pada saat warga Inggris harus berlindung di stasiun bawah tanah. Tidak terlalu diumbar namun kehidupan Turing memang terasa ironi. Terus terang, awalnya saya belum tahu siapa itu Alan Turing. Bahwa berkat upayanya, perang bisa dipersingkat menjadi hanya dua tahun dan mampu menyelamatkan 14 juta jiwa, telah menjadikan Turing dan timnya dianggap sebagai pahlawan. Dan setelah perang usai, kehidupan Turing kian terpuruk akibat menjalani perintah menelan obat guna menghilangkan efek homo-nya. Pada akhirnya ia memilih mengakhiri hidup. Benar-benar tragis.
Benedict Cumberbatch apik sekali memerankan Turing. Ia bisa terlihat serius, gugup, apa adanya dan kuat. Dalam memerankan sosok berdasarkan kisah nyata, tentu saja cerita tak boleh melenceng dari pakem. Maka seperti itulah yang bisa kita saksikan salah satunya Turing terpaksa menikahi Joan Clarke (Keira Knightley) rekan setimnya hanya agar Joan tetap menjadi bagian dari tim, Peran Joan juga penting karena dialah yang mampu menenangkan kegelisahan pria ini dan menerjemahkan yang ada di benak Turing pada rekan tim lainnya.
Film ini sebenarnya mempertanyakan dua hal, “Am I a war hero? Or am I a criminal?”. Dua sisi yang perlu dikaji di masa itu adalah apakah ia pendosa atau seorang pahlawan. Bagaimana perlakuan bagi keduanya? Terlepas dari pro dan kontra, penyajian film ini sukses membuat kita kasihan pada akhirnya. Betapa terasing, berbeda, dan anehnya Turing ini. Hidup di tengah orang-orang yang sulit menerima pemikiran dan gayanya. Ia telah menjadi bagian dari masa dimana homoseksual adalah kejahatan besar yang harus dimusnahkan. Penghargaan yang diterima justru berupa keterpurukan. Rahasia yang dijaga sama-sama terkuak. Rahasia Enigma dan rahasia hidupnya.
Sutradara Morten Tyldum memang baru ‘terlihat’ di film ini. Film-film sebelumnya kurang begitu terkenal sehingga The Imitation Game akan menjadi sebuah pertaruhan besar bagi karir penyutradaraannya. Akankah ia mampu meraih penghargaan Oscar mengingat film ini masuk nominasi untuk 8 kategori. Best Picture, Best Director, Best Actor, Best Supporting Actress, Best Adapted Screenplay, Best Original Score, Best Production Design, Best Film Editing. Kita tunggu saja.