Lucy : Membayangkan Kapasitas Otak

lucyNama Luc Besson rupanya cukup ampuh untuk menjadi jaminan sebuah film yang bertema femme-fatale. Sesudah menyutradarai Nikita,  kali ini ia membesut film yang sederhana namun mematikan, Lucy. Lucy adalah sebuah film terbaik yang ia rancang sejak lama. Penuh dengan kaidah sebuah genre action dengan ilustrasi efek visual yang memukau. Kita disuguhi penampilan sosok wanita yang lemah lalu bangkit dan memiliki kekuatan gabungan di luar nalar manusia. Bisa dibilang kekuatan bionic ini menjadi sesuatu yang hebat dan menghibur karena mampu menjungkir-balikkan pikiran wajar manusia.

Lucy, diperankan oleh Scarlett Johansson adalah seorang siswa dari Amerika yang tinggal di kota Taipei. tumblr_n3v3q3g0Oy1qmwicro8_250Akibat bujukan pacarnya yang meminta menyerahkan kopor berisi sejenis narkoba sintetis CPH4 di sebuah hotel, ia terjerumus dalam suatu sindikat besar pengiriman narkoba melalui kurir yang direkrut. Narkoba sintetis ini diselundupkan melalui perut masing-masing kurir. Lucy pun tak kuasa menolak. Saat melawan, salah seorang anggota gangster menendang perutnya yang berakibat dengan bocornya narkoba dan meresap masuk ke pembuluh darah serta menjalar ke otak. Kejadian berikutnya adalah pertunjukkan aksi dimana Lucy telah bertransformasi menjadi wanita super namun kurang memiliki emosi maupun empati lagi. Ia mampu bertelekinesis, dan telepati.

Konsep utama dari fim ini adalah rata-rata manusia hanya menggunakan 10 persen saja kapasitas otaknya. Untuk menunjukkan bagaimana seseorang bisa memaksimalkan otak secara penuh, Besson merancang alur cerita yang ringan namun padat oleh peristiwa yang dialami Lucy. Meskipun begitu, apa yang terpampang di film ini tidaklah perlu dipikir berat. Sosok Lucy tetaplah manusia namun bedanya memiliki kemampuan yang menyamai tim Avengers.  Scarlet sendiri pun mengalami transformasi akting yang penting dimana ia harus memerankan dari sosok yang lemah, ketakutan, tak berdaya,  tak mengerti apa-apa menjadi pribadi yang dingin, tanpa perasaan dan mencengangkan kaum pria seperti polisi, kawanan gangster, dokter yang membedahnya serta tak terkecuali profesor Samuel Norman ( Morgan Freeman) yang tengah meneliti pikiran manusia yang belum terjamah.

Menonton film ini jangan harap ada adegan romantis karena lagi-lagi sang sutradara lebih menitik beratkan kegunaan otak yang bisa diberdayakan hingga mencapai 100 persen. Di antara kejaran waktu untuk mencapai nilai 100 persen ini adegan silih berganti antara kebut-kebutan mobil polisi, gangster Tiongkok dan pertemuan Lucy dengan para profesor. Hanya interaksi kecil antara kepala polisi Paris Pierre Del Rio ( Amr Waked) dengan Lucy saat naik mobil. Itu pun hanya obrolan kecil.

Sebagai hiburan, film ini berhasil dalam mewujudkan naluri manusia terutama wanita untuk ‘berkuasa mutlak’ akan kemampuannya terhadap pria. Sangat menyegarkan meski tak masuk akal, berenergi dengan imajinasi visual yang classy, sedikit eksentrik dan gaya.

Sebagai film action dengan hanya tokoh sentral wanita, kemunculannya cukup mengesankan bila diadu dengan The Expendables 3 yang penuh dengan rombongan pria-pria uzur. 🙂

 

One thought on “Lucy : Membayangkan Kapasitas Otak

Leave a comment