The Iron Lady, Benar-Benar Tak Sekadar Menyetrika

Saat saya menyaksikan filmnya di menit-menit pertama, sepintas saya tak menyangkal bahwa benar Meryl Streep telah berhasil mentransformasikan diri, melebur sepenuhnya ke dalam sosok si wanita hebat, bernama Margaret Thatcher.

Saya terpana betapa tak secuil pun indera saya bisa mengenali Meryl lagi. Sosok yang saya saksikan sepanjang film adalah the real of Margaret Thatcher. Mulai dari tatanan rambutnya yang berombak pirang, kerut-kerut di wajah, cara bicara, aksen, dan busananya. Semuanya begitu mirip dan sempurna. Bagi generasi yang pernah mendengar atau menyaksikan di televisi sepak terjang si Wanita Besi ini  era 80-90-an maka tak perlu lagi menyangsikan peran yang dibawakan Meryl. Menurut saya pribadi, ia telah sukses memerankan sosok yang begitu berpengaruh bagi dunia saat itu.

Mengenai filmnya sendiri, jangan terjebak dengan penjudulannya yang Wanita Besi itu. Sebaliknya film ini justru menyuguhkan sesuatu yang manusiawi sekali, sederhana. Masa tua yang kesepian, didera kepikunan, kerap berhalusinasi akan hadirnya mendiang suaminya, dan sisa-sisa kesibukannya yang sekadar menerima tamu atau menandatangani buku biografinya. Hanya itu saja ditambah kilas balik masa-masa perjuangan menembus parlemen hingga menjadi perdana menteri yang berjaya. Film ini disutradarai oleh seorang wanita, Phyllida Loyd sehingga wajar apabila sudut pandang yang diambil adalah wanita. Perempuan yang awalnya selalu diremehkan oleh sebagian besar anggota parlemen yang nota bene pria., akhirnya menjulang menjadi wanita yang tangguh, kuat, dan berani mengambil resiko. Hal yang sangat tabu pada masa itu bagi wanita untuk menduduki tampuk kepemimpinan setinggi Perdana Menteri.

Bagian menariknya dari film ini menurut saya adalah saat Inggris hendak berperang melawan Argentina untuk memperebutkan Kep. Falkland. saat pihak AS mengajukan keberatan apabila perang jadi dilaksanakan . Ada dialog cerdas dan khas wanita yang ditampilkan Meryl menyangkut kebijakan perang yang disangsikan semua pihak terutama kaum laki-laki. Khas wanita lainnya adalah saat mendengar para serdadu Inggris gugur dalam perang tsb dan ia mau berlelah-lelah menuliskan surat ucapan belasungkawa untuk setiap keluarga prajurit yang gugur itu. How touch.

Akhir kata, akting Meryl Streep telah mendapatkan raihan sempurna saat memerankan si wanita besi (Iron) yang tak mau hanya sekadar membuat teh, mencuci apalagi menyetrika (ironing). 🙂

Ia layak mendapat penghargaan sekelas Oscar.

Leave a comment