Salt: Jolie ditampar, dipukuli

Film ini tidak masuk bioskop Jakarta dan sudah rilis setahun lalu (Juli 2010). Jadi sewaktu ditayangkan pertama kali di HBO, betapa saya terpana menyaksikannya. Terpana di sini bukan berarti karena alur ceritanya yang menurut saya biasa saja tapi karena sosok  agen CIA Evelyn Salt yang diperankan Angelina menjadi terlihat  biasaaa banget. Gambaran seorang agen rahasia adalah orang yang tangguh, kuat, cermat, sigap dan  tangkas. Tapi sepanjang film ini saya tidak menemukan yang demikian. Apakah karena pemerannya seorang artis cantik maka saya hanya melihat gerakan-gerakan yang gemulai saja. Atau karena ekspektasi saya yang terlalu besar terhadap film-film sejenis spionase ini? Menurut saya, alur ceritanya terlalu datar dan hanya menonjolkan sepak terjang Jolie.

Sebelum resmi menjadi anggota CIA, Evelyn Salt (Angelina Jolie) telah bersumpah untuk selalu setia pada tugas, kehormatan dan negara dan sumpah ini diuji ketika tiba-tiba saja ada orang yang mengklaim bahwa Evelyn sebenarnya adalah agen Rusia yang punya misi menghancurkan Amerika. Terjebak sebuah konspirasi, tak ada pilihan buat Evelyn selain berjuang sendiri untuk membersihkan nama baiknya.

Orlov (Daniel Olbrychski) yang sedang diinterogasi menyebutkan bahwa memang ada misi yang disebut Day X. Misi ini bertujuan membunuh Presiden Rusia yang sedang mengunjungi Amerika Serikat dan yang akan bertugas sebagai pembunuh adalah Evelyn Salt. Hasil analisa gelombang otak menyatakan bahwa Orlov jujur yang artinya Salt memang agen ganda. Sadar kalau dalam bahaya, Salt lantas melarikan diri. Di saat yang sama, Orlov juga berhasil lolos dari CIA dan makin memperkuat dugaan bahwa Salt memang terlibat.

Keesokan harinya, Salt berhasil memasuki gereja yang digunakan untuk penghormatan terakhir pada mendiang wakil presiden AS. Di saat yang sama Presiden Rusia juga hadir dalam acara itu. Tanpa diduga, Salt kemudian membunuh sang Presiden. Bukannya melarikan diri, Salt malah menyerahkan diri namun kemudian meloloskan diri lagi. Dalam sekejap, Salt yang semula adalah agen CIA menjadi buronan nomor satu di Amerika Serikat. Siapa sebenarnya Evelyn Salt? Apakah masa lalunya saat tinggal di Rusia adalah bagian dari semua ini?

Semua orang tahu kalau Angelina Jolie cantik dan mau tak mau itu adalah salah satu daya tarik dari film ini.  Tapi menurut saya,  sutradara Phillip Noyce seolah terjebak dengan peran jagoan yang dilakoni Jolie dalam film-film sebelumnya (Tomb Raider atau Wanted). SALT adalah film eksyen namun punya sentuhan yang berbeda dengan kebanyakan film lainnya yang renyah namun tak pernah membuat kenyang. Dari naskah yang ditulis Kurt Wimmer dan Brian Helgeland, Phillip hanya  mengubahnya menjadi sebuah tontonan yang membuat penasaran tapi sekaligus tegang karena aksi laga yang disajikannya.

Bisa dibilang, dari awal hingga akhir, Angelina Jolie nyaris tak pernah berhenti untuk menarik nafas. Adegan demi adegan dirangkai sangat rapat seolah tak mau menurunkan tensi sedikit pun. Adegan khas film bertema agen rahasia seperti  kejar-kejaran melompati gedung apartemen, naik motor kecepatan tinggi, lompat dari truk yang satu ke truk lain, semuanya masih masuk ciri dari film agen rahasia. Dan itu semua dilakukan Jolie sendirian! Saya merasa aneh dengan perannya. Apalagi waktu melihat ia membuat bom saat terkepung di ruangan. Gerakannya terlalu gemulai, kurang sigap. Mencopoti kaki kursi saja menurut saya dia kurang tangkas. Ah, sudahlah. Di saat mata dimanjakan dengan serangkaian adegan tadi, masih ada pertanyaan yang tak terjawab, “Who is Salt?” dan membuat kita tergesa-gesa untuk pengin tahu bagian akhirnya. Terus terang, benang merahnya tidak terlalu jelas. Dan hanya di film ini bisa disaksikan Jolie ditampar, dipukul, dipaksa meminum bensin. 😯

Soal akting, ini bukan film drama dan memang  kita tak bisa menuntut lebih. Tapi saya merasa ada pengulangan akting Jolie  seperti yang pernah ia bawakan di film Wanted. Tapi secara keseluruhan, baik Angelina, Liev Schreiber, maupun Chiwetel Ejiofor, bermain cukup matang. Kalau pun ada yang terasa kurang relevan mungkin adalah kenapa isu Amerika-Rusia masih saja dimunculkan, padahal akan lebih seru seandainya kasus-kasus teroris yang diangkat, disesuaikan dengan keadaan masa kini.

Leave a comment